LSKP MELALUI PUBLIC TALK MEMBANGUN KESEHATAN PEMUDA DI ERA VUCA

Makassar, 21 Juli 2023, Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) kembali mengadakan Public Talk yang saat ini telah memasuki edisi ke-4. Tema yang diangkat yakni “Kesehatan Mental Pemuda Dalam Menghadapi Tantangan Kesempatan Kerja Dan Peran Sosial Era Vuca”. Sebagai bentuk penjabaran tema, LSKP menghadirkan Dwiana Fajriati Dewi, S.Psi., M.Sc. dan dimoderatori oleh Regina Sapta Samudera. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan membongkar mindset generasi muda terkait dengan batasan atas diri untuk bisa menyeimbangkan kesehatan mental dan beban di Era VUCA.

Andi Ina, dalam pembuka diskusi menceritakan pengalamannya sebagai politisi perempuan, jalannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan tidaklah mudah. Walau menjadi seorang ibu rumah tangga tetapi juga tetap profesional sebagai wakil rakyat, ini yang saya jalankan secara bijaksana dalam keseharian sebagai perempuan Bugis Makassar. Perempuan harusnya sejak dulu sampai sekarang dapat dihandalkan baik dalam lingkup keluarga maupun pranata sosial, tutur Ina yang juga alumni Unhas.

Dwiana menyampaikan bahwa kesehatan mental menjadi sesuatu yang penting dipahami oleh generasi muda untuk menciptakan self-awareness. Urgensitas terkait isu ini terlihat dari banyaknya kasus bunuh diri. Kondisi kesehatan mental pemuda semakin diuji di era VUCA saat ini. VUCA adalah kondisi yang menggambarkan Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Untuk mengatasi ini, pemuda harus memiliki growth mindset dan adaptif, terbuka untuk situasi yang baru. Terkait dengan kondisi lapangan kerja yang terbuka, pemuda penting untuk analytical thinking dan setting goals. Kemampuan pemuda untuk menetapkan goals akan memberikan arah pemuda untuk memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu hal yang penting juga adalah kemampuan pemuda untuk menentukan passion karena tugas individu adalah memenuhi kebutuhan pribadinya. Passion ini tidak hanya didapatkan dalam ruang pekerjaan. Tetapi juga dapat juga disalurkan melalui kegiatan sosial dan kerelawanan.

Kondisi anomali saat ini, ketika banyak pemuda yang merasa sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya perusahaan juga sulit untuk mendapatkan pekerja yang sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Sebagai seorang bekerja sebagai HRD, Dwiana juga menyampaikan bahwa dalam merekrut tenaga kerja, ketidaksesuain gaji dengan kualifikasi tinggi yang diinginkan oleh perusahaan tidak sesuai. Terkadang pemuda juga terjebak dalam kondisi people pleasure, kondisi ini bisa diatasi ketika pemuda dapat memahami dirinya dan berani untuk melakukan self-confession.

Dwiana juga mengingatkan pemuda untuk mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh, jangan sampai burn out. Hal ini karena banyaknya pengalaman hanya menyelamatkan pada seleksi berkas, tetapi saat wawancara itu tidak dapat menguraikan dengan baik. Makanya penting untuk memetakan ketertarikan. Pemuda dapat menggunakan tools Riasec untuk melihat apa yang menjadi landasan atas dirinya dan menentukan pekerjaan yang cocok. Dwiana juga menyampaikan terkait dengan kebutuhan perusahaan yakni kemampuan spesifik seperti excel, dapat membangun hubungan yang harmonis dengan rekan kerja, regulasi emosi, tidak baperan dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Kalau mau melakukan penawaran gaji saat wawancara, perlu melihat level perusahaan dan posisi.

Sebagai penutup, Dwiana memberikan pesan untuk love your-self. Dengan memahami kemampuan diri. Ketika berada disituasi yang melelahkan, maka istirahatlah dan hilling sebelum melanjutkan lagi untuk mencapai goals yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu diingat bahwa hilling yang terbaik yakni memberikan ruang refleksi bagi diri. Moderator menyimpulkan bahwa di era VUCA ini untuk menjaga kesehatan mental, pemuda harus mampu menganalisis terlebih dahulu, sebelum mencoba untuk adaptif dengan perubahan. Dwiana menutup dengan mengutip quotes dari Hera Clitus bahwa satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Jadi kita harus tetapi bisa survive dan berusaha untuk adaptif.