Game Dan Kekerasan : Dimana Peran Negara ?

Game Dan Kekerasan : Dimana Peran Negara ? Previous item Mahasiswa Agen Perubahan &...

Game atau permainan dengan teknologi komputer atau gawai telah menjadi candu bagi anak-anak milineal. Saat ini anak-anak dan remaja seringkali menghabiskan waktu dengan permainan daring (game online). Game online adalah sebuah game atau permainan yang dimainkan secara online via internet, bisa menggunakan PC (personal computer) atau konsul game biasa seperti PS2 ,X-Box dan sejenisnya. Anak-anak dan remaja bermain game sebagai wujud aktivitas kesenangan yang dilakukan untuk sekedar memanfaat waktu, sekedar hoby, atau bahkan menjadi sebuah rutinitas dan profesi tersendiri. Permainan daring memungkinkan pemain untuk berkompetisi dengan siapa pun yang tentunya memicu adrenalin untuk berkompetisi. Tak heran para penggunanya terpacu untuk terus bermain dan menjadi kecanduan. Tuntutan zaman membuat produser game memproduksi game yang semakin bervariasi  untuk memenuhi tuntutan pasar. Berbagai karakter dalam game tergambarkan dengan jelas sesuai tuntutan si pemain. Game pada awalnya diciptakan sebagai sarana untuk mengatasi stress, namun seiring perkembangannya game dapat membuat pemainnya mengalami ketergantungan. Dalam beberapa kasus, tidak jarang anak-anak menjadi nekat dan berani melakukan apapun untuk dapat memiliki kesempatan bermain secara daring. Termasuk melakukan tindakan kriminal jika tidak memiliki uang untuk bisa membayar uang sewa permainan daring.

Di Indonesia, game online mulai berkembang dipertengahan 90-an, saat game Nexia beredar. Salah satu game online yang sempat digandrungi adalah Regnarok Online (RO), sebuah game yang diangkat dari komik berjudul Regnarok. RO cukup digemari, baik di Indonesia maupun di negara lain karena kekuasaan penuhnya dalam penentuan karakter, misalnya karakter beruntung, lemah, pemarah atau yang lainnya. Dalam berbagai kemasan produk game pemain (gamers) dapat menciptakan karakter sesuai dengan keinginan, bahkan terkadang sifat pemain dapat tercermin dalam karakter yang diciptakannya dan karakter game  dapat memberikan stimulus terhadap sifat pemain. Pengembangan karakter yang keliru membuahkan dampak negatif berupa pemilihan karakter berkonten kekerasan. Beberapa hasil studi menemukan bahwa dampak negatif game online timbul karena sebanyak 89 % dari game mengandung beberapa konten kekerasan (Children Now, 2001). Game online yang mengandung kekerasan akan memicu anak-anak untuk meningkatkan pikiran agresif, perasaan, perilaku, dan penurunan prososial membantu. Saat stilmulus ini semakin berkembang akan membuat duplikasi karakter game kedalam karakter kehidupan anak, seperti sifat pemarah, mudah tersinggung, mengandalkan kekerasan fisik untuk melidungi haknya, dan yang tidak kalah ekstreamnya bisa saja bermuara pada kasus kriminalitas lainnya yang berujung kematian. 

Dimuat di Harian Tribun Timur pada tanggal 8 Juli 2017 dan EduNews https://www.edunews.id/literasi/opini/game-dan-kekerasan-dimana-peran-negara

Oleh: Alfiani, Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Hasanuddin  dan Magang di Lembaga Studi Kebijakan Publik